Sejak Musim tanam I 2017 team Gurahit melakukan penanaman padi dengan metode Hayati tanpa pestisida kimia, belum dipasarkan produknya waktu itu akan tetapi kami cobakan pada beberapa kolega kami untuk mereka menikmati panenan kami juga untuk melakukan perbandingan dengan produk beras yang mereka pakai sehari-hari. Hasilnya? dengan varietas Inpari 32 yang kami pakai waktu itu bisa menghasilkan beras yang lebih bening, lebih pulen dan beraroma dibandingkan dengan varietas yg sama tapi dibudidayakan dengan metode konvensional oleh petani disekitar lahan Gurahit Agriculture.
Dipenanaman Musim Tanam II 2018 ini kami memakai benih padi IPB 3S, Benih padi IPB 3S merupakan benih hasil inovasi yang dilakukan oleh peneliti di IPB Bogor. Padi varietas baru ini hasil pemuliaan Dr. Ir. Hajrial Aswidinoor, M.Sc, padi IPB 3S merupakan Padi Tipe Baru hasil persilangan antara padi Indica dengan padi Japonica sehingga dihasilkan padi yang pulen dan kadar Index Glikemik 'sedang' yang sangat baik dikonsumsi oleh kita semua, terutama oleh penderita Diabetes dan diet karbohidrat.
Mengapa teknik Hayati dan organik lebih unggul dalam mutu beras daripada teknik konvensional? Beras sebagai bahan pangan disusun oleh pati, protein, dan unsur lain seperti lemak, serat kasar, mineral, vitamin, dan air. Bagian gabah yang dapat dimakan adalah kariopsis yang terdiri dari 75% karbohidrat dan 8% protein pada kadar air 14%. Bagian endosperm atau bagian gabah yang diperoleh setelah penggilingan yang kemudian disebut beras giling yang mengandung 78% karbohidrat dan 7% protein.
Sifat-sifat fisikokimia sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan protein dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul setelah gabah atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan mutu beras. Protein berpengaruh terhadap lama waktu penanakan, warna, rasa dan aroma nasi, serta mempengaruhi kemampuan penyerapan air.
Kandungan Amilase beras dibawa oleh sifat genetik varietas benih padi, kadar amilase berhubungan dengan tingkat kepulenan nasi, semakin kecil kadar amilase maka semakin pulen dan semakin besar kadar amilase maka akan semakin pera nasinya. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa budidaya padi dengan metode Organik dan hayati dengan memakai kandungan bahan-bahan organik dapat mempengaruhi kadar amilase beras, yaitu penurunan kadar amilase Beras yang artinya dengan metode organik+Hayati ini akan dihasilkan nasi yang lebih pulen daripada teknik budidaya konvensional yang tidak memakai bahan-bahan organik+Hayati.
Padi IPB 3S memiliki kadar amilase 21,6% ini lebih rendah daripada padi Ciherang yang memiliki kadar amilase 23% ataupun Inpari-32 dengan kadar amilase 23,6% yang artinya secara genetik benih pun beras IPB 3S ini akan menghasilkan nasi yang lebih pulen dari padi varietas Ciherang dan Inpari-32 yang banyak ditanam oleh petani. Ditambah lagi dalam metode budidaya hayati kami memakai bahan-bahan organik kompos dan juga penyemprotan POC (pupuk organik cair) dan asam amino (asam aspartat dan asam glutamat) yang diambil dari belut dan ikan laut yang dapat meningkatkan kwalitas/cita rasa nasi dan lebih pulen dari spesifikasi yang sudah dibakukan pemulia tanamannya.
Keunikkan dari padi varietas IPB 3S ini adalah kadar Index Glikemik 'sedang', yang artinya nasi ini masih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes juga yang sedang diet karbohidrat, untuk penjelasan lebih lanjut bisa dibaca diartikel berikut ini.
Keunikkan dari padi varietas IPB 3S ini adalah kadar Index Glikemik 'sedang', yang artinya nasi ini masih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes juga yang sedang diet karbohidrat, untuk penjelasan lebih lanjut bisa dibaca diartikel berikut ini.
Untuk teman-teman yang penasaran ingin menikmati nasi pulen dan sehat bisa mengorder berasnya ke team Gurahit setelah panen nanti, Insya Allah juli 2018 minggu kedua rencananya akan dilakukan panen padi IPB 3S dikawasan Gurahit Agriculture.
Comments
Post a Comment