IPB-3S merupakan padi varietas baru yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor. Keunggulan dari varietas ini yaitu pada peningkatan produksi, potensi hasil dapat mencapai 11.2 ton/ha, dengan anakan produktif 7-11 batang. Karakteristik lainnya yaitu tahan terhadap tungro, agak tahan terhadap penyakit blas ras 033, dan agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Tulisan kali ini kami bahas tentang benih dan kami mengambil literatur dari Skripsinya Desi Andini, IPB 2016 dengan judul "Cendawan terbawa benih padi IPB 3S serta potensi pengendaliannya dengan perlakakuan Fisik dan Biologi".
Benih merupakan komponen produksi yang sangat penting dalam suatu sistem pertanian, terutama tanaman padi. Produktivitas dan kualitas yang tinggi didapatkan dari teknik budidaya yang dimulai dari penggunaan benih unggul bermutu. Benih bermutu merupakan benih yang berasal dari varietas unggul dengan mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu patologis yang tinggi. Mutu genetik biasanya berkaitan dengan kemurnian dan keseragaman benih. Mutu fisik berkaitan dengan keragaan dan kebersihan. Mutu fisiologis berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan benih. Sedangkan mutu patologis berkaitan dengan kesehatan benih.
Salah satu faktor yang menentukan mutu benih yaitu bebas dari patogen terbawa benih, seperti cendawan, nematoda, bakteri, dan virus. Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat patogen terbawa benih di antaranya dapat menimbulkan penurunan daya berkecambah benih dan peningkatan kematian bibit atau tanaman muda. Patogen pada benih juga dapat menimbulkan kerusakan fisik, seperti perubahan bentuk dan warna. Patogen terbawa benih yang paling banyak ditemukan berasal dari kelompok cendawan. Mekanisme cendawan terbawa benih yaitu melalui kontaminasi pada kulit benih atau secara sistemik terbawa dalam jaringan benih. Beberapa cendawan terbawa benih padi diantaranya yaitu Pyricularia sp, Rhizopus sp., Fusarium sp., Aspergillus spp., Alternaria sp., dan Curvularia sp.
Ada 2 cara penatalaksanaan perlakuan benih yang disebutkan diantaranya adalah dengan perlakuan Hot water Treatment dan perendaman dengan PGPR, dilihat dari hasil penelitian Desi Andini cara yang paling efektif adalah dengan Hot water treatment merupakan perlakuan fisik benih dengan cara merendam benih dalam air pada suhu tinggi. Perendaman benih dalam air panas sebelum ditanam dapat membantu benih melakukan perkecambahan atau mematahkan dormansi benih dan juga menghilangkan patogen terbawa benih. Perlakuan air panas (hot water treatment) pada suhu 50°C dapat digunakan untuk mencegah penyakit tular benih yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri.
Cara yang kedua yaitu Plant growth promoting rhizobacter (PGPR) merupakan alternatif teknologi ramah lingkungan yang dapat digunakan dalam pengendalian patogen terbawa benih secara biologi. Peran PGPR sebagai agens pengendali hayati yaitu karena kemampuannya bersaing dalam mendapatkan zat makanan, atau hasil-hasil metabolit yang bersifat antagonis terhadap patogen. Selain itu, penggunaan PGPR pada perlakuan benih mampu memperbaiki dan meningkatkan mutu benih. Penggunaan PGPR pada benih dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih.
Adapun cara yang dipakai kami team Gurahit Agriculture dalam perlakuan terhadap benih IPB 3S ataupun Cakrabuana 03 adalah perlakuan secara biologi, yaitu dengan perendaman dengan larutan PGPR yang isinya, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan Azosprilllium sp. Benih direndam mikroba tersebut selama 24 jam dan kemudian ditiriskan selama 36 jam sampai 48 jam sampai berkecambah.
Mikroba PGPR yang kami pakai untuk perendaman benih IPB 3S |
Perlakuan PGPR meningkatkan daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih padi. Daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih perlakuan PGPR adalah 97%, sedangkan kontrol 91%. Potensi tumbuh maksimum pada perlakuan PGPR dan kontrol adalah 99%. PGPR dapat meningkatkan kesuburan tanaman, dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Penggunaan PGPR pada benih dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih. (Sutariati et al. 2014).
Comments
Post a Comment